Teori Persepsi
2.1.
Pengertian Persepsi
Istilah
persepsi meruapakan istilah dari bahsa inggris yakni dari kata “perception”
yang berarti penglihatan, keyakinan dapat melihat atau menegrti (Muchtar, T.W.,
2007 : 13)
Desiderato
(Muchtar, T.W., 2007 : 13) mengemukakan :” persepsi adalah pengamatan tentang
objek-objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang di peroleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsrikan pesan. Persepsi adalah memberikan makna
pada stimulus indrawi (sensory stimuli)”.
Sedangkan
menurut Ensiklopedia Umum (Muchtar, T.W., 2007 : 13) :”persepsi adalah proses
mental yang menghasilakan bayangan individu sehungga dapat mengenal seatu objek
dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indra
penglihatan, indra perabaan dan sebagainya, sehingga bayangan itu dapat di
sadari.”
Persepsi
merupakan proses pengolahan mental secara sadar terhadap stimulus sensori
(Dorland, 2002). Definisi lain persepsi adalah stimulus yang di indra oleh
individu, di organisasikan kemudian di
interpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang di
indera.
Menurut
maramis (1999) persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau
hubungan dan perbedaan antara lain
melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indra
mendapatkan rangsangan.
Sedangkan
menurut sunaryo (2004) persepsi diartikan sebagai proses di terimanya rangsang
melaui panca indra dengan di dahului oleh perhatian sehingga individu mampu
mengetahui, mengartikaan dan mengahayati tentang hal yang diamati, baik yang
ada di luar maupun didalam dari individu.
Dari
beberapa definisi di atas dapat di simpulkan persepsi adalah proses pengolahan
mental secara sadar terhadap stimulus
yang dapat menggambarkan sebgai pandangan pribadi seseorang terhada kejadian
atau peristiwa yang dapat di organisasikan, diinterpretasikan terhadap rangsang
melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indra
mendapat rangsang sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan
mengahayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di dalam maupun di luar
individu atau juga bisa di sebut sebagai proses pemberian makna sebagai hasil
pengamatan tentang suatu objek, peristiwa, dan sebagainya melalui panca indra
sehingga dapat menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan sehingga seseorang dapat memberikan tanggapan.
Proses dari bawah-ke-atas dan dari
atas-ke-bawah para psikolog membedakan antara proses bawah-ke-atas dan proses
atas-ke-bawah dalam sensasi dan persepsi. Pada pemrosesan bawah-ke-atas
(bottom-up processing), reseptor sensoris mencatat informasi mengenai
lingkungan luar dan mengirimkannya ke otak untuk analisis dan interpretasi.
Pemrosesan bawah-ke-atas dipicu oleh masukan rangsangan. Hal ini berarti
mengambil informasi dari lingkungan dan mencoba memahaminya. Sebuah contoh
proses dari bawah ke atas ketika anda merasakan lagu favorit anda untuk pertama
kalinya: anda harus mendengar dengan baik untuk “merasakan”nya. Sebaliknya,
pemrosesan dari atas-ke-bawah (top-bottom processing) dipicu oleh pemrosesan
kognisi pada tingkat yang lebih tinggi di otak. Pemrosesan dari atas-ke-bawah
adalah ketika kita merasakan apa yang terjadi dan mengaplikasikan kerangka
kerja tersebut pada informasi dari luar. Proses-proses kognitif ini antara lain
pengetahuan, sistem kepercayaan, dan harapan kita. Anda dapat mengalami
pemrosesan dari atas-ke-bawah dengan cara “mendengarkan” lagu favorit anda di
pikiran anda sekarang. Ketika anda “mendengar” lagu tersebut di telinga dalam
pikiran anda, anda sedang mengalami persepsi.
Dalam kehidupan sehari-hari, kedua proses
sensasi dan persepsi ini pada dasarnya tidak bisa dipisahkan. Otak secara
otomatis mempresepsi informasi yang diterima dari organ indra. Oleh karena itu,
kebanyakan psikolog merujuk pada sensasi dan persepsi sebagai sistem pemrosesan
informasi terpadu.
Tujuan persepsi kita dapat memperoleh
pemahaman mendalam tentang persepsi dengan mengajukan sebuah pertanyaan
sederhana “Apa tujuannya?” Menurut para ahli terkemuka di bidang ini, David
Marr (1982), tujuan persepsi adalah perwakilan internal dari dunia luar.
Sebagai contoh, tujuan penglihatan adalah membentuk perwakilan internal dari
dunia luar. Dari sudut pandang evolusi, tujan sensasi dan persepsi adalah
adaptasi yang meningkatkan kemungkinan spesies untuk bertahan.
2.2.
proses terjadinya Persepsi
Manusia
berinteraksi dengan lingkungan, sehingga manusia tanggap terhadap
rangsangan yang datang dari lingkungan.
Salah satu bentuk dari tanggapan tersebut adalah berupa proses pemberian arti
atau penafsiaran terhadap berbagai objek yang ada. Proses pemberian arti
disebut dengan persepsi.
“Persepsi
pada dasarnya hanya akan terjadi apabila individu menerima rangsangan dari luar
dirinya, sehingga persepsi akan timbul setelah adanya pengamatan terhadap
objek”. (Santhy Handayani, 2005 : 8)
Menurut
Mc Croskey dan Whelness, menyebutkan ada empat tahapan persepsi :
1. Penerimaan
pesan atau informasi dari luar
2. Memberikan
kode pada informasi yang di indra
3. Menginterpretasikan
informasi yang telah di berikan kode tersebut
4. Menyimpulkan
arti dalam ingatan
Pengetahuan
|
Cakrawala
|
Proses Belajar
|
Pengalaman
|
|
||
|
||
|
||
|
||
Sikap
|
Bila
dilihat dari bagan yang telah di buat, terlihat bahwa persepsi merupakan aspek
kognisi dari sikap. Faktor pengalaman dan proses belajar atau sosialisasi
memberikan bentuk serta struktur tarhadap apa yang di lihat. Sedangkan
pengetahuan dan cakarawala memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut.
Melalui komponen kognisi akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang di
lihat. Kemudian berdasarkan norma yang di miliki pribadi seseorang, akan
terjadi keyakinan yang berbeda terhadap objek tertentu.
Menurut
walgito (1994) proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu:
a. Proses
fisik : objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra atau
reseptor.
b. Proses
fisiologis : stimulus yang di terima oleh indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris
ke otak.
c. Proses
psikologis : proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari stimulus
yang di terima.
OBJEK→ STIMULUS → RESEPTOR
↓
SARAF SENSORIK → OTAK
↓
SARAF MOTORIK
↓
PERSEPSI
↓
SARAF SENSORIK → OTAK
↓
SARAF MOTORIK
↓
PERSEPSI
2.3.
Syarat-syarat terjadinya Persepsi
Persyaratan-persyaratan
persepsi ini telah banyak di kemukakan oleh para ahli, pada dasarnya memiliki
arti yang sama. Bahwa syarat-syarat terjadinya persepsi adalah:
1. Adanya
objek fisik, di masksudkan yaitu objek yang dapat di rasakan, di ciium, diraba,
di dengar sehingga menimbulkan stimulus.
2. Syarat
fisiologis, di maksudkan adanya tiga faktor dominan yaitu adanya alat indra,
saraf sensorik dan otak.
3. Syarat
psikologis, di maksudkan yaitu adanya perhatian dari individu sehingga dapat
menyadari apa yang diterima.
Terdapat
pemikiran lain terhadap proses terjadinya persepsi yakni “Proses terbentuknya
persepsi didahului oleh pengindaraan yaitu merupakan proses yang berwujud di
terimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun proses itu
tidak berhenti sampai situ saja, melainkan stimulus tersebut di teruskan ke
puat susunan syaraf pusat yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis,
sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, dan
sebagainya, individu mengalami persepsi. Karena itu proses pengindraan tidak
dapat lepas dari proses persepsi, dan proses penginderaan meruapakan pendahulu dari persepsi (walgito,
1994).“
2.4.
Ciri Persepsi
Irwanto
(umi Amalia, 2003) mengemukakan ciri-ciri umum persepsi adalah sebgai berikut;
1. Rangsangan-rangsangan
yang diterima harus sesuai dengan moralitas tiap-tiap indra, yaitu sensoris
dasar dan masing-masing indra (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman,
suhu sebagai perasa, bunyi bagi pendengaran,sifat perrmukaan bagi peraba dan
sebagainya).
2. Dunia
persepsi mempunyai dimensi ruang (sifat ruang), kita dapat menyatakan
atsa-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, depan belakan dan lain sebagainya.
3. Dimensi
persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain
sebagainya.
4. Objek-objek
atau gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan
konsteknya. Struktur dan kontek ini merupakankeseluruhan yang menyatu,
contohnya kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi di ruang tertentu,
posisi atau letak tertentu.
5. Dunia
persepsi adalah dunia yang penuh arti, kita cenderung melakukan pengamatan atau
persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada
hubungannya (dengan tujuan yang ada pada diri kita).
2.5.
macam-macam persepsi
Ada
dua macam persepsi menurut sunaryo (2004) yaitu:
1. External
perseption yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari
luar individu.
2. Self
perseption yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari dalam diri individu. Dalam hal
ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.
2.6.Faktor-faktor
yang mempengaruhi Persepsi
Menurut
krech dan Richard (1992) dalam walgito (1994) persepsi di tentukan olehfaktor
fungsional dan faktor struktural.
1. Faktor
fungsional
Merupakan
faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman, masalah dalam hal-hal yang
termasuk faktor-faktor personal yang meneentukan persepsi,, bukan jenis atau
bukan stimuli tetapi karakteristik yang membrikan respon pada stimuli tersebut.
2. Faktor
struktural
Faktor-faktor
yang berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang di
timbulkan pada saraf individu.
Menurut
walgito (1994) faktor lain yang mempengaruhi persepsi yakn perhatian, di dalam
pengertiannya perhatiiana adalah proses mental ketika stimuli/rangkaian stimuli
menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Hal ini
ketika perhatian seseorang berdasarkan pada salah satu indra saja dan
mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra lainnya. Sama dengan
persepsi, perhatian juga dipengaruhi faktor situasional dari personal. Faktor
situasional terkadang disebut sebgai determinan perhatian yang bersifat
eksternal atau penarikan perhatian (attention getter).
2.7.faktor-faktor yang
menyebabkankesalahanpadaPersepsi
Factor-faktorpenyebabkesalahandalamkPersepsiadalahsebgaiberikut:
1.
Informasi yang
kurangcukup, faorinimerupakanpenyababutamadalamkesalahanmenafsirkanpesan.
2.
Stereotype,
yaitumerupakangambaranatautanggapantertentumengenaisifat-sifatobjek yang di
kelompokkanpadakonsep-konseptertentu.
3.
Kesalahandalamlogika,
kadang-kadangdalamkehidupansehari-harikitamempunyaipandanganumumterhadapsuatuobjek.
Misalnyaapbilaseseorangmemperlihatkansifat-sifatserius, tidakpernah humor,
kemudiankitaberanggapanbahwa orang tersebutbersifatangkuh,
makahaliniakanmenjadipenyebabkesalahanpersepsi.
4.
Hallo effect and
devil effect, dalamhalini orang beranggapanbahwajikasuatuobjekatauseseorangberbuatsesuatu,
makaselanjutnya orang tersebutakanmenambahkandengan cirri-ciritertentu pula.
2.8. carapengukuranpersepsi
Padeadasarnyapersepsidapat di
asosiasikandenganpendapat, opiniatausikap (atitud).Mar’at (1982) menyebutkanpersepsisebagaiaspekkognitifcdarisikap.Mengingatbahwapersepsimerupakanaspekkognitifdarisikap,
makauntukmengungkapataumengukurpersepsidapat di gunakan instrument
pengungkapansikap.Lebihjauhmar’atmengemukakantigapendapatkanuntukmengungkapkasikapyaituwawancaralangsung,
observasi, danpernyataansikap.
Untukmengungkapkansikapseseorang,
termasukpersepsiterhadapsuatuobjekpsikologis, sugiyono (2008 :133)
menjelaskanbahwaadatigametode, yaituskalaLikert, metodeThrustone, skalaguttman.
SkalaLikertmenyediakanalternatifjawabankepadarespondendalam lima alternative.
Kendatidemikian, dalamkenyataanyadapat di
modifikasimenjadiduaatautigapilihan.Masing-masingjawabanmemilikibobotnilaitertentusesuaiarahpernyataansikapataupersepsi.
Sementaraitudalambentukthrustone, responden di tuntutuntukmemilikiduaatautigapernyataanendiriannyaterhadapbutir-butirpernyatanpersepsi
yang telahdisusunmenurutintensitasdari yang paling kuatsampai yang paling
rendahataulemah.
Sanafiyah
faisal (1982 : 191) menyatakan bahwa:
“peneliti
harus percaya saja bahwa apa yang orang katakan adalah keyakinan dan
perasaannya ini “daerah” opini lewat pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertentu
maka sebagian dari pendapat itu akan di ketahui, dari pertanyaan pendapat
itulah biasa diperlihatkan atau diramalkan apa yang sesungguhnya di yakini.”
2.8.macam- macam gangguan
persepsi
Dispersepsi adalah kesalahan atau
gangguan persepsi.
Penyababnya adalah pada gangguan otak karena kerusakan otak,keracunan,obat halusino-genik, gangguan jiwa,seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi,psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi,dan pengaruh lingkungan sosio- budaya, sosio-budaya yang berbeda.
Menurut Maramis ( 1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi yaitu : halusinasi,ilusi, depersonalisasi, derelisasi, gangguan somatosenserik pada reaksi konversi,gangguan psikologi dan agnosia.
Penyababnya adalah pada gangguan otak karena kerusakan otak,keracunan,obat halusino-genik, gangguan jiwa,seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi,psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi,dan pengaruh lingkungan sosio- budaya, sosio-budaya yang berbeda.
Menurut Maramis ( 1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi yaitu : halusinasi,ilusi, depersonalisasi, derelisasi, gangguan somatosenserik pada reaksi konversi,gangguan psikologi dan agnosia.
a. Halusinasi
atau maya:
Halusinasi adalah pencerapan ( persepsi ) tanpa adanya rangsang apa pun pada pancaindra seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/ bangun dasarnya mungkin organic,fungsional,psikotik ataupun histerik ( Maramis,19990).
Oleh karena itu,secara singkat hulusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu.
Jenis – jenis halusinasi:
a. Halusinasi penglihatan ( halusinasi optic ):
• Apa yang dapat dilihat seolah – olah berbentuk : orang,binatang, barang, atau benda.
• Apa yang dilihat seolah – olah tidak berbentuk : sinar,kilatan,atau pola cahaya.
• Apa yang dilahat seolah – olah berwarna atau tidak berwarna .
b. Halusinasi auditif/halusinasi akustik - Halusinasi yang seolah – olah mendengar suara manusia,suara hewan,suara barang,suara mesin,suara musik, dan suara kejadian alami.
c. Hulusinasi olfaktori ( halusinasi penciuman) – Halusinasi yang seolah- olah mencium suatu bau tertentu.
d. Halusinasi guatatorik ( halusinasi pengecap ) – Halusinasi yang seolah – olah mengecap suatu zat atau rasa tentang sesuatu yang dimakan.
e. Halusinasi taktil ( halusinasi peraba ) - Halusinasi yang seolah – olah merasa badannya bergerak di sebuah ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
f. Halusinasi kinestik ( halusinasi gerak ) – Halusinasi yang seolah – olah merasa di raba – raba,disentuh,di colek – colek , ditiup,dirambati ulat,dan disinari.
g. Halusinasi visceral – Halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah – olah ada perasaan tertentu yang timbul di tubuh bagian dalam ( mis. Lambung seperti di tusuk – tusuk jarum ).
h. Halusinasi hipnagogik – persepsi sensorik bekerja yang salah yang terdapat pada orang normal,terjadi tepat sebelum bangun tidur.
i. Halusinasi histerik – Halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik emosional.
Isi halusinasi adalah tema halusinasi dan interprestasi pasien tentang halusinasinya seperti mengancam,menyalahkan,keagaman,menghinakan,kebesaran,seksual,membersakan hati,membujuk atau hal – hal yang baik.
Halusinasi adalah pencerapan ( persepsi ) tanpa adanya rangsang apa pun pada pancaindra seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/ bangun dasarnya mungkin organic,fungsional,psikotik ataupun histerik ( Maramis,19990).
Oleh karena itu,secara singkat hulusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu.
Jenis – jenis halusinasi:
a. Halusinasi penglihatan ( halusinasi optic ):
• Apa yang dapat dilihat seolah – olah berbentuk : orang,binatang, barang, atau benda.
• Apa yang dilihat seolah – olah tidak berbentuk : sinar,kilatan,atau pola cahaya.
• Apa yang dilahat seolah – olah berwarna atau tidak berwarna .
b. Halusinasi auditif/halusinasi akustik - Halusinasi yang seolah – olah mendengar suara manusia,suara hewan,suara barang,suara mesin,suara musik, dan suara kejadian alami.
c. Hulusinasi olfaktori ( halusinasi penciuman) – Halusinasi yang seolah- olah mencium suatu bau tertentu.
d. Halusinasi guatatorik ( halusinasi pengecap ) – Halusinasi yang seolah – olah mengecap suatu zat atau rasa tentang sesuatu yang dimakan.
e. Halusinasi taktil ( halusinasi peraba ) - Halusinasi yang seolah – olah merasa badannya bergerak di sebuah ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
f. Halusinasi kinestik ( halusinasi gerak ) – Halusinasi yang seolah – olah merasa di raba – raba,disentuh,di colek – colek , ditiup,dirambati ulat,dan disinari.
g. Halusinasi visceral – Halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah – olah ada perasaan tertentu yang timbul di tubuh bagian dalam ( mis. Lambung seperti di tusuk – tusuk jarum ).
h. Halusinasi hipnagogik – persepsi sensorik bekerja yang salah yang terdapat pada orang normal,terjadi tepat sebelum bangun tidur.
i. Halusinasi histerik – Halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik emosional.
Isi halusinasi adalah tema halusinasi dan interprestasi pasien tentang halusinasinya seperti mengancam,menyalahkan,keagaman,menghinakan,kebesaran,seksual,membersakan hati,membujuk atau hal – hal yang baik.
B. Ilusi
Ilusi adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat meng-interpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada saat terjadinya ketakutan yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif.
Ilusi terjadi dalam bermacam-macam bentuk, yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik (pengecapan), dan ilusi taktil (perabaan)
Ilusi adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat meng-interpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada saat terjadinya ketakutan yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif.
Ilusi terjadi dalam bermacam-macam bentuk, yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik (pengecapan), dan ilusi taktil (perabaan)
Secara singkat ilusi adalah persepsi atau pengamatan yang
menyimpang.
Contoh:
• Bayangan daun pisang dilihatnya seperti seorang penjahat.
• Bunyi angina terdengar seperti ada seseorang memanggil namanya.
• Suara binatang di semak – semak, terdengar seperti ada tangisan bayi.
c. Depersonalisasi
Depersonalisai ialah persaan yang aneh tentang dirinya atau
perasaan bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak menurut
kenyataan atau kondisi patologis yang seseorang merasa bahwa dirinya atau
tubuhnya sebagai tidak nyata.
Contoh:
a. perasaan bahwa dirinya seperti sudah di luar badannya.
b. Perasaan bahwa kaki kanannya bukan kepunyaannya lagi.
d. Derelesasi
Contoh:
a. perasaan bahwa dirinya seperti sudah di luar badannya.
b. Perasaan bahwa kaki kanannya bukan kepunyaannya lagi.
d. Derelesasi
e. Gangguan somotosensorik
Gangguan somotosensorik pada reaksi konversi,secara harfiah
soma artinya tubuh, dan sensorik atrinya mekanisme neurologist yang terlibat
dalam proses pengindraan dan perasaan. Jadi,somatosensorik adalah suatu keadaan
menyangkut tubuh yang secara simbolik mengganbarkan adanya suatu konflik
emosional.
Contoh:
a. Anastesia,yaitu kehilangan sebagai atau keseloruhan kepekaan indra peraba pada kulit.
b. Parastesia,yaitu perubahan pada indra peraba,seperti ditusuk – tusuk jarum,dibadannya ada semut berjalan, kulitnya terasa panas,atau kulitnya terasa tebal.
c. Gangguan penglihatan atau pendengaran.
d. Makropsia ( megalopsia), yaitu melihat benda lebih besar dari keadaan sebenarnya bahkan kadang – kadang terlalu besar sehingga menakutkan.
e. Mikropsia, yaitu melihat benda lebih kecildari sebenarnya.
f. Gangguan Psikofisiligik
Contoh:
a. Anastesia,yaitu kehilangan sebagai atau keseloruhan kepekaan indra peraba pada kulit.
b. Parastesia,yaitu perubahan pada indra peraba,seperti ditusuk – tusuk jarum,dibadannya ada semut berjalan, kulitnya terasa panas,atau kulitnya terasa tebal.
c. Gangguan penglihatan atau pendengaran.
d. Makropsia ( megalopsia), yaitu melihat benda lebih besar dari keadaan sebenarnya bahkan kadang – kadang terlalu besar sehingga menakutkan.
e. Mikropsia, yaitu melihat benda lebih kecildari sebenarnya.
f. Gangguan Psikofisiligik
Gangguan psikofisiligik ialah gangguan pada tubuh yang
disarafi oleh susunan saraf yang berhubungan dengan kehidupan ( nervus
vegitatif) dan disebabkan oleh gangguan emosi.
Contoh :
Gangguan ini mumngkin terjadi pada :
a. Kulit : radang kulit ( dermatitis), biduran ( urtikaria), gatal – gatal ( pruritis), dan banyak cairan pada kulit ( hiperhidrosis).
b. Otot dan tulang : otot tegang sampai kaku ( tension headache),otot tegang dan kaku di punggung ( lowback pain).
c. Alat pernapasan : sidrom hiperventilasi ( bernafas berlebihan) yang mengakibatkan rasa pusing,kepala enteng,parestesia pada tangan dan sekitar mulut,merasa berat di dada, nafas pendek, perut gembung,tetani,dan asthma bronchiale.
Contoh :
Gangguan ini mumngkin terjadi pada :
a. Kulit : radang kulit ( dermatitis), biduran ( urtikaria), gatal – gatal ( pruritis), dan banyak cairan pada kulit ( hiperhidrosis).
b. Otot dan tulang : otot tegang sampai kaku ( tension headache),otot tegang dan kaku di punggung ( lowback pain).
c. Alat pernapasan : sidrom hiperventilasi ( bernafas berlebihan) yang mengakibatkan rasa pusing,kepala enteng,parestesia pada tangan dan sekitar mulut,merasa berat di dada, nafas pendek, perut gembung,tetani,dan asthma bronchiale.
d. Jantung dan pembuluh darah :
debaran jantung yang cepat ( palpitasi), TD meningkat ( hipertensi) dan
vascular headache.
e. Alat kemih dan alat kelamin : sering berkemih,ngompol ( enuresis),memancarkan air mani secara dini ( evaculation precox), hubungan seksual yang sakit pada wanita ( dispareunuia) sakit waktu menstruasi ( dismenore),tidak mampu menikmati rangsangan seksual pada wanita ( frigiditas), dan impotent.
f. Alat pencernaan: Lambung perih,mual dan muntah,kembung ( meteorisme), sembelit ( konstipasi) dan menceret ( diare)
g. Mata : mata berkunang – kunang dan telinga berdenging ( tinnitus).
g. Agnosia
e. Alat kemih dan alat kelamin : sering berkemih,ngompol ( enuresis),memancarkan air mani secara dini ( evaculation precox), hubungan seksual yang sakit pada wanita ( dispareunuia) sakit waktu menstruasi ( dismenore),tidak mampu menikmati rangsangan seksual pada wanita ( frigiditas), dan impotent.
f. Alat pencernaan: Lambung perih,mual dan muntah,kembung ( meteorisme), sembelit ( konstipasi) dan menceret ( diare)
g. Mata : mata berkunang – kunang dan telinga berdenging ( tinnitus).
g. Agnosia
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk
mengenal dan mengartikan persepsi,baik sebagai maupun total sebagai akibat
kerusakan otak.
DAFTAR PUSTAKA
.
Komentar
Posting Komentar