Teori Persepsi


2.1. Pengertian Persepsi
Istilah persepsi meruapakan istilah dari bahsa inggris yakni dari kata “perception” yang berarti penglihatan, keyakinan dapat melihat atau menegrti (Muchtar, T.W., 2007 : 13)
Desiderato (Muchtar, T.W., 2007 : 13) mengemukakan :” persepsi adalah pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang di peroleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsrikan pesan. Persepsi adalah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli)”.
Sedangkan menurut Ensiklopedia Umum (Muchtar, T.W., 2007 : 13) :”persepsi adalah proses mental yang menghasilakan bayangan individu sehungga dapat mengenal seatu objek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indra penglihatan, indra perabaan dan sebagainya, sehingga bayangan itu dapat di sadari.”
Persepsi merupakan proses pengolahan mental secara sadar terhadap stimulus sensori (Dorland, 2002). Definisi lain persepsi adalah stimulus yang di indra oleh individu,  di organisasikan kemudian di interpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang di indera.
Menurut maramis (1999) persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan  dan perbedaan antara lain melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indra mendapatkan rangsangan.
Sedangkan menurut sunaryo (2004) persepsi diartikan sebagai proses di terimanya rangsang melaui panca indra dengan di dahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikaan dan mengahayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun didalam dari individu.
Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan persepsi adalah proses pengolahan mental secara sadar terhadap  stimulus yang dapat menggambarkan sebgai pandangan pribadi seseorang terhada kejadian atau peristiwa yang dapat di organisasikan, diinterpretasikan terhadap rangsang melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indra mendapat rangsang sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan mengahayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di dalam maupun di luar individu atau juga bisa di sebut sebagai proses pemberian makna sebagai hasil pengamatan tentang suatu objek, peristiwa, dan sebagainya melalui panca indra sehingga  dapat menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan sehingga seseorang dapat memberikan tanggapan.
Proses dari bawah-ke-atas dan dari atas-ke-bawah para psikolog membedakan antara proses bawah-ke-atas dan proses atas-ke-bawah dalam sensasi dan persepsi. Pada pemrosesan bawah-ke-atas (bottom-up processing), reseptor sensoris mencatat informasi mengenai lingkungan luar dan mengirimkannya ke otak untuk analisis dan interpretasi. Pemrosesan bawah-ke-atas dipicu oleh masukan rangsangan. Hal ini berarti mengambil informasi dari lingkungan dan mencoba memahaminya. Sebuah contoh proses dari bawah ke atas ketika anda merasakan lagu favorit anda untuk pertama kalinya: anda harus mendengar dengan baik untuk “merasakan”nya. Sebaliknya, pemrosesan dari atas-ke-bawah (top-bottom processing) dipicu oleh pemrosesan kognisi pada tingkat yang lebih tinggi di otak. Pemrosesan dari atas-ke-bawah adalah ketika kita merasakan apa yang terjadi dan mengaplikasikan kerangka kerja tersebut pada informasi dari luar. Proses-proses kognitif ini antara lain pengetahuan, sistem kepercayaan, dan harapan kita. Anda dapat mengalami pemrosesan dari atas-ke-bawah dengan cara “mendengarkan” lagu favorit anda di pikiran anda sekarang. Ketika anda “mendengar” lagu tersebut di telinga dalam pikiran anda, anda sedang mengalami persepsi.
Dalam kehidupan sehari-hari, kedua proses sensasi dan persepsi ini pada dasarnya tidak bisa dipisahkan. Otak secara otomatis mempresepsi informasi yang diterima dari organ indra. Oleh karena itu, kebanyakan psikolog merujuk pada sensasi dan persepsi sebagai sistem pemrosesan informasi terpadu.
Tujuan persepsi kita dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang persepsi dengan mengajukan sebuah pertanyaan sederhana “Apa tujuannya?” Menurut para ahli terkemuka di bidang ini, David Marr (1982), tujuan persepsi adalah perwakilan internal dari dunia luar. Sebagai contoh, tujuan penglihatan adalah membentuk perwakilan internal dari dunia luar. Dari sudut pandang evolusi, tujan sensasi dan persepsi adalah adaptasi yang meningkatkan kemungkinan spesies untuk bertahan.
2.2. proses terjadinya Persepsi
Manusia berinteraksi dengan lingkungan, sehingga manusia tanggap terhadap rangsangan  yang datang dari lingkungan. Salah satu bentuk dari tanggapan tersebut adalah berupa proses pemberian arti atau penafsiaran terhadap berbagai objek yang ada. Proses pemberian arti disebut dengan persepsi.
“Persepsi pada dasarnya hanya akan terjadi apabila individu menerima rangsangan dari luar dirinya, sehingga persepsi akan timbul setelah adanya pengamatan terhadap objek”. (Santhy Handayani, 2005 : 8)
Menurut Mc Croskey dan Whelness, menyebutkan ada empat tahapan persepsi :
1.      Penerimaan pesan atau informasi dari luar
2.      Memberikan kode  pada informasi yang di indra
3.      Menginterpretasikan informasi yang telah di berikan kode tersebut
4.      Menyimpulkan arti dalam ingatan
Pengetahuan
Cakrawala
Proses Belajar
Pengalaman
Menurut Mar’at menggambarkan proses terjadinya persepsi adalah sebgai berikut:
 


Persepsi
kepribadian
Kognisi
Faktor-faktoryang mempengaruhi
ObjekPsikologi
Afeksi
Konasi
Sikap

Bila dilihat dari bagan yang telah di buat, terlihat bahwa persepsi merupakan aspek kognisi dari sikap. Faktor pengalaman dan proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk serta struktur tarhadap apa yang di lihat. Sedangkan pengetahuan dan cakarawala memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut. Melalui komponen kognisi akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang di lihat. Kemudian berdasarkan norma yang di miliki pribadi seseorang, akan terjadi keyakinan yang berbeda terhadap objek tertentu.
Menurut walgito (1994) proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu:
a.       Proses fisik : objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor.
b.      Proses fisiologis : stimulus yang di terima oleh indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak.
c.       Proses psikologis : proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari stimulus yang di terima.
OBJEK→ STIMULUS → RESEPTOR
                                           ↓
                                           SARAF SENSORIK → OTAK
                                                                                    ↓
                                                                                    SARAF MOTORIK
                                                                                    ↓
                                                                                    PERSEPSI
2.3. Syarat-syarat terjadinya Persepsi
Persyaratan-persyaratan persepsi ini telah banyak di kemukakan oleh para ahli, pada dasarnya memiliki arti yang sama. Bahwa syarat-syarat terjadinya persepsi adalah:
1.      Adanya objek fisik, di masksudkan yaitu objek yang dapat di rasakan, di ciium, diraba, di dengar sehingga menimbulkan stimulus.
2.      Syarat fisiologis, di maksudkan adanya tiga faktor dominan yaitu adanya alat indra, saraf sensorik dan otak.
3.      Syarat psikologis, di maksudkan yaitu adanya perhatian dari individu sehingga dapat menyadari apa yang diterima.
Terdapat pemikiran lain terhadap proses terjadinya persepsi yakni “Proses terbentuknya persepsi didahului oleh pengindaraan yaitu merupakan proses yang berwujud di terimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai situ saja, melainkan stimulus tersebut di teruskan ke puat susunan syaraf pusat yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, dan sebagainya, individu mengalami persepsi. Karena itu proses pengindraan tidak dapat lepas dari proses persepsi, dan proses penginderaan  meruapakan pendahulu dari persepsi (walgito, 1994).“


2.4. Ciri Persepsi
Irwanto (umi Amalia, 2003) mengemukakan ciri-ciri umum persepsi adalah sebgai berikut;
1.      Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan moralitas tiap-tiap indra, yaitu sensoris dasar dan masing-masing indra (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu sebagai perasa, bunyi bagi pendengaran,sifat perrmukaan bagi peraba dan sebagainya).
2.      Dunia persepsi mempunyai dimensi ruang (sifat ruang), kita dapat menyatakan atsa-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, depan belakan dan lain sebagainya.
3.      Dimensi persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain sebagainya.
4.      Objek-objek atau gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konsteknya. Struktur dan kontek ini merupakankeseluruhan yang menyatu, contohnya kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi di ruang tertentu, posisi atau letak tertentu.
5.      Dunia persepsi adalah dunia yang penuh arti, kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya (dengan tujuan yang ada pada diri kita).
2.5. macam-macam persepsi
Ada dua macam persepsi menurut sunaryo (2004) yaitu:
1.      External perseption yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar individu.
2.      Self perseption yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang  datang dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.
2.6.Faktor-faktor yang mempengaruhi  Persepsi
Menurut krech dan Richard (1992) dalam walgito (1994) persepsi di tentukan olehfaktor fungsional dan faktor struktural.


1.      Faktor fungsional
Merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman, masalah dalam hal-hal yang termasuk faktor-faktor personal yang meneentukan persepsi,, bukan jenis atau bukan stimuli tetapi karakteristik yang membrikan respon pada stimuli tersebut.
2.      Faktor struktural
Faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang di timbulkan pada saraf individu.
Menurut walgito (1994) faktor lain yang mempengaruhi persepsi yakn perhatian, di dalam pengertiannya perhatiiana adalah proses mental ketika stimuli/rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Hal ini ketika perhatian seseorang berdasarkan pada salah satu indra saja dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra lainnya. Sama dengan persepsi, perhatian juga dipengaruhi faktor situasional dari personal. Faktor situasional terkadang disebut sebgai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarikan perhatian (attention getter).
2.7.faktor-faktor yang menyebabkankesalahanpadaPersepsi
Factor-faktorpenyebabkesalahandalamkPersepsiadalahsebgaiberikut:
1.      Informasi yang kurangcukup, faorinimerupakanpenyababutamadalamkesalahanmenafsirkanpesan.
2.      Stereotype, yaitumerupakangambaranatautanggapantertentumengenaisifat-sifatobjek yang di kelompokkanpadakonsep-konseptertentu.
3.      Kesalahandalamlogika, kadang-kadangdalamkehidupansehari-harikitamempunyaipandanganumumterhadapsuatuobjek. Misalnyaapbilaseseorangmemperlihatkansifat-sifatserius, tidakpernah humor, kemudiankitaberanggapanbahwa orang tersebutbersifatangkuh, makahaliniakanmenjadipenyebabkesalahanpersepsi.
4.      Hallo effect and devil effect, dalamhalini orang beranggapanbahwajikasuatuobjekatauseseorangberbuatsesuatu, makaselanjutnya orang tersebutakanmenambahkandengan cirri-ciritertentu pula.


2.8. carapengukuranpersepsi
Padeadasarnyapersepsidapat di asosiasikandenganpendapat, opiniatausikap (atitud).Mar’at (1982) menyebutkanpersepsisebagaiaspekkognitifcdarisikap.Mengingatbahwapersepsimerupakanaspekkognitifdarisikap, makauntukmengungkapataumengukurpersepsidapat di gunakan instrument pengungkapansikap.Lebihjauhmar’atmengemukakantigapendapatkanuntukmengungkapkasikapyaituwawancaralangsung, observasi, danpernyataansikap.
Untukmengungkapkansikapseseorang, termasukpersepsiterhadapsuatuobjekpsikologis, sugiyono (2008 :133) menjelaskanbahwaadatigametode, yaituskalaLikert, metodeThrustone, skalaguttman. SkalaLikertmenyediakanalternatifjawabankepadarespondendalam lima alternative. Kendatidemikian, dalamkenyataanyadapat di modifikasimenjadiduaatautigapilihan.Masing-masingjawabanmemilikibobotnilaitertentusesuaiarahpernyataansikapataupersepsi.
Sementaraitudalambentukthrustone, responden di tuntutuntukmemilikiduaatautigapernyataanendiriannyaterhadapbutir-butirpernyatanpersepsi yang telahdisusunmenurutintensitasdari yang paling kuatsampai yang paling rendahataulemah.
Sanafiyah faisal (1982 : 191) menyatakan bahwa:
“peneliti harus percaya saja bahwa apa yang orang katakan adalah keyakinan dan perasaannya ini “daerah” opini lewat pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertentu maka sebagian dari pendapat itu akan di ketahui, dari pertanyaan pendapat itulah biasa diperlihatkan atau diramalkan apa yang sesungguhnya di yakini.”
2.8.macam- macam gangguan persepsi
Dispersepsi adalah kesalahan atau gangguan persepsi.
Penyababnya adalah pada gangguan otak karena kerusakan otak,keracunan,obat halusino-genik, gangguan jiwa,seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi,psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi,dan pengaruh lingkungan sosio- budaya, sosio-budaya yang berbeda.
Menurut Maramis ( 1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi yaitu : halusinasi,ilusi, depersonalisasi, derelisasi, gangguan somatosenserik pada reaksi konversi,gangguan psikologi dan agnosia.
a. Halusinasi atau maya:
Halusinasi adalah pencerapan ( persepsi ) tanpa adanya rangsang apa pun pada pancaindra seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/ bangun dasarnya mungkin organic,fungsional,psikotik ataupun histerik ( Maramis,19990).

Oleh karena itu,secara singkat hulusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu.

Jenis – jenis halusinasi:
a. Halusinasi penglihatan ( halusinasi optic ):
• Apa yang dapat dilihat seolah – olah berbentuk : orang,binatang, barang, atau benda.
• Apa yang dilihat seolah – olah tidak berbentuk : sinar,kilatan,atau pola cahaya.
• Apa yang dilahat seolah – olah berwarna atau tidak berwarna .
b. Halusinasi auditif/halusinasi akustik - Halusinasi yang seolah – olah mendengar suara manusia,suara hewan,suara barang,suara mesin,suara musik, dan suara kejadian alami.
c. Hulusinasi olfaktori ( halusinasi penciuman) – Halusinasi yang seolah- olah mencium suatu bau tertentu.
d. Halusinasi guatatorik ( halusinasi pengecap ) – Halusinasi yang seolah – olah mengecap suatu zat atau rasa tentang sesuatu yang dimakan.
e. Halusinasi taktil ( halusinasi peraba ) - Halusinasi yang seolah – olah merasa badannya bergerak di sebuah ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
f. Halusinasi kinestik ( halusinasi gerak ) – Halusinasi yang seolah – olah merasa di raba – raba,disentuh,di colek – colek , ditiup,dirambati ulat,dan disinari.
g. Halusinasi visceral – Halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah – olah ada perasaan tertentu yang timbul di tubuh bagian dalam ( mis. Lambung seperti di tusuk – tusuk jarum ).
h. Halusinasi hipnagogik – persepsi sensorik bekerja yang salah yang terdapat pada orang normal,terjadi tepat sebelum bangun tidur.
i. Halusinasi histerik – Halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik emosional.

Isi halusinasi adalah tema halusinasi dan interprestasi pasien tentang halusinasinya seperti mengancam,menyalahkan,keagaman,menghinakan,kebesaran,seksual,membersakan hati,membujuk atau hal – hal yang baik.
B. Ilusi
Ilusi adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat meng-interpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada saat terjadinya ketakutan yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif.
Ilusi terjadi dalam bermacam-macam bentuk, yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik (pengecapan), dan ilusi taktil (perabaan)
Secara singkat ilusi adalah persepsi atau pengamatan yang menyimpang.

Contoh:
• Bayangan daun pisang dilihatnya seperti seorang penjahat.
• Bunyi angina terdengar seperti ada seseorang memanggil namanya.
• Suara binatang di semak – semak, terdengar seperti ada tangisan bayi.

c. Depersonalisasi
Depersonalisai ialah persaan yang aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak menurut kenyataan atau kondisi patologis yang seseorang merasa bahwa dirinya atau tubuhnya sebagai tidak nyata.

Contoh:
a. perasaan bahwa dirinya seperti sudah di luar badannya.
b. Perasaan bahwa kaki kanannya bukan kepunyaannya lagi.

d. Derelesasi

e. Gangguan somotosensorik
Gangguan somotosensorik pada reaksi konversi,secara harfiah soma artinya tubuh, dan sensorik atrinya mekanisme neurologist yang terlibat dalam proses pengindraan dan perasaan. Jadi,somatosensorik adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara simbolik mengganbarkan adanya suatu konflik emosional.

Contoh:
a. Anastesia,yaitu kehilangan sebagai atau keseloruhan kepekaan indra peraba pada kulit.
b. Parastesia,yaitu perubahan pada indra peraba,seperti ditusuk – tusuk jarum,dibadannya ada semut berjalan, kulitnya terasa panas,atau kulitnya terasa tebal.
c. Gangguan penglihatan atau pendengaran.
d. Makropsia ( megalopsia), yaitu melihat benda lebih besar dari keadaan sebenarnya bahkan kadang – kadang terlalu besar sehingga menakutkan.
e. Mikropsia, yaitu melihat benda lebih kecildari sebenarnya.

f. Gangguan Psikofisiligik
Gangguan psikofisiligik ialah gangguan pada tubuh yang disarafi oleh susunan saraf yang berhubungan dengan kehidupan ( nervus vegitatif) dan disebabkan oleh gangguan emosi.

Contoh :
Gangguan ini mumngkin terjadi pada :
a. Kulit : radang kulit ( dermatitis), biduran ( urtikaria), gatal – gatal ( pruritis), dan banyak cairan pada kulit ( hiperhidrosis).
b. Otot dan tulang : otot tegang sampai kaku ( tension headache),otot tegang dan kaku di punggung ( lowback pain).
c. Alat pernapasan : sidrom hiperventilasi ( bernafas berlebihan) yang mengakibatkan rasa pusing,kepala enteng,parestesia pada tangan dan sekitar mulut,merasa berat di dada, nafas pendek, perut gembung,tetani,dan asthma bronchiale.
d. Jantung dan pembuluh darah : debaran jantung yang cepat ( palpitasi), TD meningkat ( hipertensi) dan vascular headache.
e. Alat kemih dan alat kelamin : sering berkemih,ngompol ( enuresis),memancarkan air mani secara dini ( evaculation precox), hubungan seksual yang sakit pada wanita ( dispareunuia) sakit waktu menstruasi ( dismenore),tidak mampu menikmati rangsangan seksual pada wanita ( frigiditas), dan impotent.
f. Alat pencernaan: Lambung perih,mual dan muntah,kembung ( meteorisme), sembelit ( konstipasi) dan menceret ( diare)
g. Mata : mata berkunang – kunang dan telinga berdenging ( tinnitus).

g. Agnosia
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi,baik sebagai maupun total sebagai akibat kerusakan otak.



DAFTAR PUSTAKA
King, Laura A., 2010, PSIKOLOGI UMUM, Jakarta: Salemba Humanika





.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serba-serbi Bis part 1

PERJALANAN JODOH, tentang apa yang diusahakan